Satu Bumi, Banyak Dunia

Aku hidup di bumi yang cuman satu. Tapi akhirnya aku mulai menyadari bahwa hidup ini tidak sesederhana bumi yang cuman satu ini.
Aku memandang kehidupanku dengan sudut pandangku sendiri, dengan perspektif diriku sendiri. Begitupun dengan orang lain yang memandang hidupnya dengan sudut pandang mereka sendiri, perspektif mereka sendiri. Tiap manusia memiliki perspektifnya masing-masing mengenai kehidupan ini.
Ada yang memandang dunia ini bagai pelangi.
Ada yang memandang dunia ini bagai sampah.
Ada yang memandang hidup di dunia ini tak ada gunanya.
Ada yang memandang hidup di dunia ini sebuah anugrah.
Dunia seorang pengemis berbeda dengan dunia seorang pegawai negeri sipil. Dunia seorang insinyur perminyakan berbeda dengan dunia seorang ibu penjual nasi kuning. Dunia seorang pecandu narkoba berbeda dengan dunia seorang mahasiswa idealis. Akhirnya bumi yang cuman satu ini sesak oleh banyaknya dunia, karena tiap orang punya dunianya masing-masing.
Tapi bumi ini memang harus diisi oleh banyak dunia. Bayangkan jika satu bumi hanya diisi satu dunia, bukan hidup namanya. Jadi jangan mengeluh mengapa dunia ini tidak adil. Inilah hidup. Banyaknya dunia, banyaknya perspektif, tentunya akan memicu yang namanya pertengkaran, kecemburuan, dan pertikaian. Inilah hidup, bahwa ia harus dinamis, bahwa ia ada kalanya di atas ada kalanya di bawah.
Dunia bagiku adalah sebuah perjalanan panjang.
Aku adalah musafir. Aku diturunkan Tuhan ke bumi ini untuk merasakan dunia orang lain, menarik manusia dari dunianya yang hina, mengajak manusia masuk ke dunia yang lebih baik. Tapi satu hal yang aku tahu, dunia yang menurutku lebih baik belum tentu lebih baik buat orang lain. Aku bukanlah Tuhan yang tahu segalanya. Kembali lagi bahwa tiap orang punya perspektif masing-masing tentang dunia ini. Aku harus mampu menjadi orang lain, berpikir dari sudut pandang mereka, sehingga pada akhirnya aku akan tau apa dunia yang lebih baik menurut mereka.
Akan tetapi, aku hanyalah manusia, yang dunianya juga tak selalu baik, yang terkadang merasa dunia ini tidak berguna. Aku juga egois, aku juga arogan, dan aku juga seringkali merasa duniaku yang paling baik di antara manusia-manusia di bumi. Tapi aku ingin mengubah dunia, dunia yang suram, dunia yang jauh dari cahaya. Setidaknya aku ingin mengubah dunia menjadi lebih baik sesuai versiku. Semoga saja dunia versiku itu bisa menjadi dunia yang sempurna bagi orang lain.
Perbedaan-perbedaan sudut pandang, banyaknya dunia yang ada, membawaku pada sebuah kesimpulan bahwa saling menghargai, saling mendengarkan, saling memaafkan, saling tolong-menolong, saling berkorban, dan saling memahami adalah kunci kebahagiaan. Senyuman-senyuman yang tumbuh akibat perbuatan baikmu juga akan menumbuhkan senyuman di bibirmu secara perlahan. Jangan bersedih jika duniamu tidak memuaskanmu. Jangan berbangga hati jika duniamu serasa menyilaukan. Kamu bisa mengubah dunia. Tak usah muluk-muluk. Tengok kanan, tengok kiri, banyak dunia yang butuh uluran tanganmu. Sinarilah dunia mereka dan kamu pun akan merasakan hakikat dari kebahagiaan :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Carpon Basa Sunda : UJIAN

Pembinaan Pekanan Majelis Ta’lim Salman #1 "Karakteristik Para Sahabat"

Cerpen --> Dialog