23
Beberapa hari terakhir, tepatnya sejak ulangtahunku tanggal
28 Mei yang lalu, banyak hal terjadi padaku. Sudah menjadi kebiasaan bagiku
untuk melakukan kontemplasi diri secara besar-besaran di tiap tanggal 28 Mei.
Namun tahun ini terasa berbeda. It simply because tahun ini aku menginjak 23
tahun dan dulu aku pernah bercita-cita ingin menikah di umur ini. Hal ini
membuatku tiba-tiba merasa panik, entah kenapa. Sepertinya aku kaget karena
tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, mengantarkanku pada umur 23. Aku
masih ingat beberapa hari sebelumnya betapa semangatnya diriku untuk fokus membangun
karir yang cemerlang demi kebahagiaan keluargaku, sama sekali lupa bahwa aku
pernah bermimpi menikah muda.
Oktober 2017 yang lalu, tepatnya saat aku diwisuda di ITB,
aku memutuskan untuk mulai fokus memikirkan keluarga, bagaimana caranya aku
bisa membantu orangtuaku secara finansial karena ayahku sudah tidak bekerja.
Tentunya keputusan ini keluar melalui proses yang panjang. Banyak sekali
diskusi yang kulakukan dengan kakakku mengenai hal ini. Aku pun mulai
disibukkan dengan interview di sana-sini hingga akhirnya di awal tahun 2018 aku
mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan, meskipun aku harus banting
setir, melepas keilmuan geofisikaku untuk kemudian fokus belajar manajemen.
2 bulan berlalu dan aku mulai merasa tidak nyaman dengan
pekerjaan ini dan mulai merindukan geofisika. Aku mulai merasa kalau aku tidak
cocok bekerja di kantoran seperti ini. Aku merasa akan jauh lebih berkembang
jika aku bekerja as an engineer selayaknya lulusan anak engineering lainnya. Sebenarnya
terlalu dini untuk menyatakan ketidakcocokan tersebut dalam waktu hanya 2 bulan.
Jika memikirkannya sekarang, harus aku akui kalau saat itu aku bukan merasa
tidak nyaman oleh pekerjaannya namun lebih karena merasa deserved better than
this mengingat resume ku yang kata orang memukau yang seharusnya bisa bekerja di
perusahaan migas atau BUMN. Terlepas hal itu semua, pokoknya saat itu pikiranku
mulai disibukkan kembali dengan apply sana-sini. Dan sayangnya aku pun gagal di
sana-sini.
Di bulan ke 4, akhirnya aku mulai memutuskan untuk mencoba berusaha
menyenangi pekerjaanku ini. Hal itu ditrigger oleh karena saat itu aku mentoring
dengan CEO perusahaanku. Banyak insight yang aku dapatkan dari beliau yang membuatku
ingin bertahan di sini dan turut berkontribusi mengembangkan perusahaan ini.
Meskipun begitu, tetap aku tidak menutup kemungkinan untuk mencari peluang lain.
Intinya aku ingin menerima pekerjaan ini dan menjalaninya sebagaimana mestinya.
Akhirnya sampailah aku pada 28 Mei. Kini mungkin kamu sudah
paham mengapa waktu terasa begitu cepat, tau-tau aku sudah 23 tahun. Ya karena
aku terlalu sibuk memikirkan karir. Tidak ada waktu bagiku untuk menarik napas
sejenak dan memikirkan diriku sendiri. Yang aku pikirkan setelah lulus hanyalah
bagaimana caranya aku bisa memiliki karir yang bagus demi keluargaku. Di saat
aku seperti itu, teman-temanku sudah mulai mengikuti sekolah pra nikah, membaca
buku, mengikuti kajian, dll. Dan kini aku merasa kelabakan! Mau tidak mau aku
harus memundurkan target menikahku. Namun terlepas dari itu, aku tetap harus
mulai memikirkan persiapan menuju ke arah sana.
Entah kebetulan atau bukan, beberapa laki-laki kemudian
tiba-tiba muncul di hidupku. Mungkin sebenarnya sudah muncul sejak lama, hanya
saja akunya yang dulu tidak sadar dan terlalu cuek. Selama beberapa hari aku
sepertinya bertingkah aneh, mungkin karena kaget dan bingung menghadapi situasi
seperti itu. Bisa dibilang aku menjadi seperti perempuan yang kege-eran dan
ngebet nikah (?). Namun akhirnya aku berusaha berpikir lebih jernih dan mulai
mengabaikan mereka. Aku ingin fokus pada diriku dulu, karena bagaimanapun hal
itulah yang terpenting sebelum mulai beranjak memikirkan hal-hal yang lebih
serius seperti pernikahan.
Aku mulai berpikir kembali mengenai konsep diriku, aku orang
yang seperti apa dan bagaimana. Namun rasanya aku seperti memulai dari nol lagi.
Tiba-tiba aku tidak bisa menjelaskan pada diriku sendiri dengan pasti aku tuh orang
yang seperti apa. Otak dan hatiku tampaknya tidak sejalan. Otakku berkata bahwa
aku adalah orang yang keras kepala, galak, objektif, target-oriented, serius, cenderung
frontal, namun teratur, segala sesuatu harus direncanakan. Tapi hatiku berkata lain,
rasanya aku tidak seperti itu. Rasanya kini aku orang yang sulit beradaptasi,
baperan, lebih lembut, tertutup, pendiam, lebih berhati-hati ketika berbicara,
dan cenderung berprinsip “let it flow”. Sepertinya otakku mengingat diriku yang
dulu, diriku saat SMP, SMA, dan kuliah. Sedangkan hatiku mengatakan dengan jujur
aku yang sekarang. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa setelah bekerja diriku
menjadi lebih tertutup, perasa dan tidak teratur, entah kenapa, aku pun sampai
saat ini masih mencari penyebabnya. Yang jelas aku berubah. Pertanyaannya
sekarang adalah apakah aku baik-baik saja dengan perubahan itu? Apakah diriku
yang dulu tidak lebih baik dari aku yang sekarang sehingga aku pantas menerima
perubahan itu? Ataukah aku harus kembali menjadi aku yang dulu?
And here I am, still struggling to define myself. Kebingungan
masih hinggap di bahuku. Hal itu membuatku semakin jauh dari kata pernikahan. Bagaimana
bisa orang yang belum paham akan dirinya sendiri bisa membangun bahtera rumah
tangga dengan orang lain. Ini menjadi PR penting untuk segera merapikan diriku,
merapikan isi otakku, merapikan isi hatiku, untuk menjadi orang yang lebih wise
and mature. Karena aku percaya bahwa modal utama menikah adalah kebijaksanaan
dan kedewasaan. Mungkin ini adalah momentum yang tepat bagiku untuk memulai proses
pendewasaan diri yang sesungguhnya. Dulu sewaktu kuliah aku merasa sudah cukup
dewasa untuk menghadapi adulthood dan dunia kerja, namun kenyataannya aku belum
siap. Nampaknya dulu aku terlalu sederhana mendefinisikan kata dewasa.
It looks like my life at 23 will be tougher. Banyak hal yang
harus aku pikirkan dan lakukan, dan blog ini insyaAllah akan menjadi saksi dari
perjalanan pendewasaan diri ini. Semoga aku bisa berhasil melewatinya. Dan
terakhir aku berharap semoga di tahun depan, saat aku melakukan kontemplasi besar-besaran
di tanggal 28 Mei 2019, aku sudah dengan mantap mampu menyatakan siapa diriku
dan akhirnya bisa maju ke step selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar